Bismillahirrahmanirrahim
Bunda sholihah, apa kabar semuanya? semoga keberkahan senantiasa menyelimuti ruang keluarga bunda sekalian dalam menjalankan aktivitas keseharian selaku hamba Allah :)*peluk
Kali ini ingin berbagi kisah kelana perjalanan belajar sang mujahid, dari aksara tanya sang mujahid "rasa ingin tahu anak" tentang ajal....

Bunda sholihah, Dalam lingkaran kebersamaan madrasah rumah, dalam ruang belajar entah dalam putaran waktu yang keberapa, disaat kami mendampingi proses belajar sang mujahid terkadang mencuat pertanyaan-pertanyaan kritis iannyapun meluahkan pertanyaan dengan tiba-tiba tanpa bisa kita prediksi pertanyaan apa yang ingin ia tanyakan, sebagai mana sang mujahid, selepas makan malam ianyapun meluahkan aksara tanya " bunda ajal itu apa?" untuk menjawab pertanyaan sang mujahid, bunda tidak sekedar menjawab dengan kalimat yang akhsan secara verbal semata namun belajar tentang ajal bagi sang mujahid merupakan azas dalam rangka menegakkan aqidah pada sang mujahid sebagaimana kami pahamkan kepadanya. Dalam perkara ajal kami fahamkan kepada sang mujahid dengan pendekatan bahasa ibu dalam kandungan muatan ideologis. Bunda sholihah maaf, jangan lakukan pemahaman ajal kepada anak dengan kalimat " nak ajal itu datangnya dari Allah ". kalimat tersebut secara verbal kelihatannya baik dan benar namun belum memiliki nilai ideologis.
Bunda sholihah , mari kita fahamkan kepada anak-anak kita bahwa tempo (ajal) adalah satu-satunya sebab kematian. bagi setiap mahluk yang bernyawa, sebagaiman firman Allah SWT :
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.
( TQS. Al- Munaafiqun:11)
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan
ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah
menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba
waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya. (TQS. An-Nahl:61)
Ayat- ayat diatas menerangkan kepada kita bahwa ketika tempo (ajal) kematian seseorang telah berakhir, maka Allah pun tidak akan menangguhkan kematiannya. demikian pula ketika ajalnya belum berakhir, Allah juga tidak akan memajukannya.
Bunda Sholihah, bila kita selaku bunda tidak 'ON' (tidak kita fahami) terkait realitas kematian berdasarkan ajaran Islam, maka kitapun akan menjawab pertanyaan terkait ajal dengan jawaban yang akan menimbulkan kekacauan pada pemahaman anak serta kekaburan yang menutupi realitas kematian sebagai sebuah realitas agung dalam kehidupan. Akhirnya berkembang khurafat, bahwa kematian substansinya satu tetapi penyebabnya beribu hal, hingga dalam waktu kekinian kita sering menjumpai lontaran-lontaran kalimat semisal bahwa kematian itu disebabkan oleh penyakit kanker, atau kecelakan, atau bisa juga karena di bunuh dll. Semua kalimat yang menjadi alasan tadi dijadikan sebagai sebab datangnnya kematian. Saat ini karena jauh nya nilai-nilai islam kaffah dalam ruang keluarga , lingkungan bahkan bernegara, akhirnya kitapun terkadang tidak dapat membedakan antara apa yang menimbulkan akibat secara pasti, layaknya hukum sebab akibat, dengan faktor-faktor kondisonal ( Al- haalah) yang memungkinkan terjadinya kematian
Bunda sholihah, mari sama- sama kita fahamkan pula kepada anak-nak kita bahwasannya kehidupan dan kematian sama-sama berada di tangan Allah ( datangnnya dari Allah sebagai sebuah ketetapan). Allah lah Yang Maha Menghidupkan ( al-Muhyi) dan mematikan ( Al-Mumit), sebagaimana dalam nash- nash alqur'an yang artinya :
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki
pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (TQS. Ali Imran :145)
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (TQS Az-Zumar:42)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang[163] yang mendebat
Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang
menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan
mematikan."[164]Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (TQS. Al-Baqarah :258)
Dan masih banyak ayat- ayat Allah SWT yang senada dengan ayat-ayat diatas yang membahas perkara kematian , sejatinya ayat-ayat diatas secara gamlang menjelaskan bahwa realitas kematian yang agung tersebut merupakan kenyataan yang di tetapkan oleh Allah SWT. Ayat-ayat diatas pun menjelaskan bahwa Allah SWT lah yang menjadi sebab kematian, bukan yang lainnya. Artinya bahwa realitas agung kematian tersebut bergantung pada iradah dan masyi'ah-Nya.
Bunda Sholihah, bisa kita pahamkan juga dengan bahasa ibu bahwa ketika Allah telah menetapkan kematian pada manusia, pasti tidak ada seorangpun yang bisa terhidar dari kematian itu, mau lari kemanapun maka kematian tetap akan menghampirinya meskipun ia bersembunyi dalam istanah yang kokoh sekalipun, maka sebaliknya sekalipun ianya luka parah bahkan sekarat sekalipun bila kematian belum ditetapkan atasnya maka diapun tidak akan mati
Bunda sholihah, pemahaman yang juga perlu dipahamkan kepada anak-anak kita bahwa tidak ada seorang anak manusiapun yang mengerti apa yang bakal terjadi pada dirinya , termasuk kapan, dimana , dan kondisi yang bagaimana ajal menjumpainya. Maka berikan pula motivasi serta pemahaman kepada anak-anak kita agar senantiasa berupaya menjaga dirinya agar tidak meninggal dalam keadaan su al-khatimah, sebagaimana kisah para sahabat bahwa kehidupan dan kematian mereka adalah perpacuan untuk mendapatkan tempat kemuliaan yang terbaik disisi Allah, kematian bagi para sahabat perpacuan dalam perlombaan untk ikut serta dalam peperangan dalam rangka mendapatkan mati syahid , yang berarti husnul al-khatimah.
Bunda Sholihah, karena itu mengapa dahulu para sahabat menjadi orang yang sangat berani menegakkan kebenaran, tanpa rasa takut sedikitpun terhadap kematian ?, Bunda sholihah, mari kita cermati dan resapi Dialog cinta seorang ibunda Asma' binti Abu Bakar, Bunda dari seorang pejuang dan ianya pun adalah seorang khalifah yaitu Abdullah bin Az-Zubayr , Abdullah bin Az-Zubair saat menjadi seorang khalifah yang pada waktu itu mengalami kekalahan dalam peperangan menghadapi pasukan Al-Hujjaj, Panglima Marwan Al- Hakam, Berikut Dialog Cinta itu :
"Bagaimana ini wahai ibunda? beliau (Asma') berkata: "Sesungguhnya di dalam kematian itu ada ketenangan. jika kamu terbunuh, ibumu telah merelakanmu,dan jika kamu menang, maka kamu telah menjadi cahaya kedua mataku. 'Wahai ibunda, mereka telah memberikan ananda jaminan keamanan; bagaimana menurut mu? beliau (Asma') berkata :"Wahai anakku kamu lebih tahu akan dirimu; jika kamu memang berada dalam jalan kebenaran, dan menyerukannya, maka jangan beri peluang budak bani ummayah mempermainkan kamu, tetapi jika kamu tidak berada pada jalan kebenaran , maka tetapkan pada urusanmu dan apa yang kamu kehendaki. 'wahai Ibunda, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Tahu, bahwa tidak ada yang ananda kehendaki selain kebenaran, dan hanya itulah yang ananda tuntut. Ananda tidak melangkah dalam keraguan sedikitpun . Sungguh, ananda menyatakan demikian, bukan untuk menenangkan hati ananda, tapi untuk menenangkan hati ibunda. 'Wahai Ibunda, Sesungguhnya ananda takut jika ananda dibunuh , mereka akan memotong-motong ananda.' Beliau (Asma') berkata:"Wahai ananda, sesungguhnya kambing tidak lagi merasakn sakitnya pemotongan ketika telah disembelih.'Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi taufiq kepada ibunda, dan meneguhkan hati ibunda".
Bunda Sholihah , Dialog cinta tentang jalan ikhtiar terhadap pilihan kematian(syahid) diatas, antara seorang ibu dan anaknya, seperti sahabiyah Asma' dan anaknya Abdullah, bahwasannya kematian bukanlah lah sesuatu yang ditakuti dalam rangka memperjuangkan kebenaran,bahkan kematian (syahid) menjadi suatu kebanggaan mereka. Pun halnya kita sebagai seorang bunda saat ini, semoga kisah diatas dapat diambil hikmah dan ibroh untuk mengarak langkah-langkah ananda agar ianya meraih kemuliaan disisi Allah SWT.
"Allahuma Atiina syahadah"......
اللَّهُمَّ
فَقِّهْهُ فِى الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ
“Ya
Allah, pahamkanlah dia akan ilmu agama dan ajarilah dia ta’wilnya.”
Barakallahu fiikum wa ahlikum.....
salam saudarimu
UA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar