Bunda Sholihah, apa kabar ? semoga keberkahan menyertai para bunda sholihah :)* peluk Pagi ini ingin berbagi kisah kelana ihs kami :),.....
......dan hari itu , saat rumah menjadi madrasah......
maka segala pilar cinta mulai terpancang
mengabur di satu titik asa
dan lalu mengembara mengisinya
dalam perpacuan as- sibaq....
Setiap keluarga yang telah memilih jalan hs, khususnya ihs( islamic homeschooling) tentu punya kisah kelana di balik titian proses nya menuju tujuan yang telah dipancang oleh masing-masing keluarga homeschooling.
Dan kisah kelana ihs kami dimulai....
Dengan meletakan sang mujahid perlahan, dengan sengaja dalam ruang belajar yang begitu luas yang tak sekedar berhimpum manis dalam satu ruang tertentu saling berhadapan dan mulai meluahkan aksara-aksara pakem doktrinitas, tapi kami menembus batas pintu, jendela yang semuanya kami biarkan terbuka, menyisakan luas tak berbatas, menyentuh hangatnya mentari,menyapa hembusan angin yang seringnya singgah, berdendang dan berkejaran pada semesta yang menghampar semuanya dalam rangkaian madrasah cinta mengajak sang mujahid 'iqro' membaca yang tak biasa . Membaca kauniyah yang tak harus diawalai dengan a-z maupun alif hingga ya sebagaimana mestinya, karena belajar ' iqro' , membaca semesta , kehidpun dan ianya sebagai manusia merupakan pembuka jalan untuk mengetahui sejatinya hakikat diri dari mana sang mujahid berasal,untuk apa sang mujahid ada di dunia, serta ianya berakhir pulang kemana?, beginilah rupa ruang belajar kami dari iqro kauniyah menuju proses pembelajaran peta kehidupan seorang hamba serta menghantarkan pendidikan sang mujahid didasarkan pada realitas yang di indera, mengindera realitas yang sebenarnya.
Dari peta kehidupan seorang hamba inilah yang kami jadikan pondasi untuk memulai kisah kelana kami , kemana ikhtiar cinta kami mulai untuk merekatkan sang mujahid sejalan dalam garisan Ridho-Nya, memahamkan sejalan dalam garisan Ridho-Nya pada sang mujahid kami mencumbui ruang belajarnya dengan kontemplasi yang sangat sederhana , bersama sang mujahid kami belajar mengukur, tentu di butuhkan alat ukur, yang popular sering disebut penggaris atau mistar, dalam mistar ada satuan penyebutnya agar bagi siapapun yang belajar mengukur berada dalam penyebut yang sama serta standart nilai yang diakui oleh semua bahkan semesta :),pun hal nya dengan seorang ibad (hamba),agar seorang ibad berada dalam keridhoan-Nya haruslah ada standart ukurnya bagi sang mujahid selaku siswa ihs pun ianya seorang ibad, alat ukur itu bernama hukum syara' yang berupa seruan Allah dan Rosul-Nya yang berkaitan dengan aktivitas seorang hamba, alat ukur tersebut melahirkan rupa-rupa nama hukum, ada wajib,sunnah, mubbah, makruh dan haram. Alat ukur untuk seorang ibad (hamba) bagi kami itu pelajaran yang sang peting untuk sang mujahid, agar seluruh amal, dan organ tubuh sang mujahid diarak menuju jalan ketaatan bukan lagi kemaksiatan, sebelum tiba masanya saat Allah SWT mengambil satu persatu nikmat-Nya, dibalik itu semua sang mujahid belajar rasa syukur yang mengakar atas setiap nikmat yang Allah SWT anugerakan atasnya, sebagai salah satu karakter pembangun jiwa dalam menjalani kehidupan ini. Dan ini lah salah satu cara yang ada dalam ruang belajar kami, dari konteplasi sederhana kami memahami standart Ukur Allah SWT (Baca: Hukum Syara') dan ini bagian dari proses membentuk pola aturan pada sang mujahid:).
Agar setiap proses pembelajaran menjadi begitu melekat , mengakar dalam jiwa dan keseharian sang mujahid, maka kami melakukan pembiasan yang berulang-ulang dengan entry point fakta /objek belajar yang berbeda namun mengarah pada maksud dan tujuan agar pelajaran sebelumnya begitu melekat. karena proses belajar yang kami hadirkan dalam ruang belajar sang mujahid adalah talqiyyan fikriyyan , semuanya dihadirkan untuk kesesuain konsep dengan realitas yang terdekat dengan sang mujahid agar sang mujahid mudah mengunyah perlahan demi perlahan proses belajar yang ditempuh dalam lingkaran madrasah rumah semuanya berbasis aqidah Islam
Sedang, bersama sang mujahid hanyalah penguat bunda dalam melangkah, membelah jalan selaku ummun wa rabbatul bait dan ummun ajyal menuju Ridho-Nya. Ya, penyejuk pandangan mata kami. Mujahidku, aset ku Untuk saling menguatkan hati, jiwa dan segala yang mudah lemah demi menjadi ahlul Jannah-Nya… berat ya nak , tapi itu impian sejati kita, bukan ? Dan ada sehlai pelajaran bila madrasah rumah kita menghendaki sesuatu yang lebih dari madrasah rumah lainnya, maka kunci pembuka jalan kesuksesan tersebut adalah madrasah rumah kita harus bersiap pula melakukan yang lebih dari madrasah rumah lainnya. mengoptimalkan ikhtiar cinta yang lebih keras lagi dari yang lainnya. Bertindak lebih cerdas lagi dari yang lainnya. Beramal lebih ikhlas dari yang lainnya..... going the extramiles nak yang harus kita tempuh, karena secara sunatullah kita pun akan mendapatkan yang biasa bila kita hanya melakukan sesuatu yang biasa -biasa saja. Bila kita melakukan yang luar biasa melayakan dan memantaskan diri menjadi Ahlul Jannah, insya Allah Allah SWT akan mendengarkan do'a-doa kita. Inilah salah satu rona belajar kami, kami berpacu dengan perpacuan fastabiqul khoirot yang tiada henti untuk melabur setiap rongga-rongga amal yang masih bercela.
Dan sering terselip dalam do'a- do'a bunda, bahwa engkau adalah salah satu dari begitu banyak pejuangNya. Nak, Tidak perlu begitu sangat hebat. Atau gemerlap. Cukuplah bagi bunda engkau seorang pejuang. Pejuang yang akan menguatkan kami Yang akan kami kuatkan hatinya. kita semua hamba, hanya sama-sama seseorang ibad yang tidak sempurna untuk selalu bergerak menuju titik itu ( Ridho-Nya).Begitu Banyakkah Ayah Bunda meminta mu? ........................................
Dengan cinta dan keberkahan , yang semoga Allah selalu menumbuhkan dirimu dalam lingkaran sang pejuang yang meninggikan kalimat-Nya .
inilah sepenggal episode kisah kelana ruang belajar madrasah rumah kami semoga bisa saling menginspirasi :)